Ragam busana adat Minang Kabau
Sabtu, 15 November 2014
Di Sumatra barat yang dikenal dengan ranah minang, terdapat beberapa variasi pakaian adat. Busana adat itu, umumnya dipakai pada hajad pernikahan pasangan mempelai. Perbedaan ragam busana ini berdasarkan pembagian beberapa adat nagari di Sumatra barat, yang dikenal dengan pembagian Luhak. Dahulu minangkabau mengenal pembagian wilayah adat dengan sebutan ” LUHAK NAN TIGO. Kemudian dalam perkembangan kini, pembagian wilayah adat itu dengan perbedaan ragam busana adatnya ditetapkan sebagai berikut. yaitu :
1. Luhak nan Tuo, meliputi : Sungayang, Padang Magek, Batipuah, Batusangkar dan Lintau
Buo.
2. Luhak Nan Tangah, meliputi : Matua. Maninjau. Bayua, Kuari Limo. Jorong, dan Koto
Gadang
3. Luhak Nan Bungsu, meliputi : Payakumbuh, dan Koto nan Ampek
4. Luhak rantau, meliputi : Solok, Pariaman, Padang, dan Painan.
(infor dari : Dra. SYOFYANI – seniwati, dosen dan pemilik sanggar SYOFYANI – Padang)
Pakaian adat yang menjadi busana pengantin kota Padang, Pariaman dan Painan, memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan busana daerah lain di Minangkabau. Dalam sejarah dan budaya asal Minangkabau, busana masyarakat di wilayah ini, dipengaruhi oleh busana Negeri Cina dan sedikit dipermodern dengan ala Eropa, khususnya bangsa Portugis. Hal ini terlihat dari segi corak dan pemilihan warna, yang cenderung berwarna cerah. Umumnya perpaduan warna : Merah, kuning, dan hijau. . Berbeda halnya dengan daerah lain, busana yang digunakan cendrung berwarna hitam, kuning, merah.
Pakaian adat Bundo Kanduang di Minangkabau pada hakekatnya sama, tidak terdapat perbedaan yang tajam antara luhak (daerah asal) dengan daerah rantau. Perbedaan hanya terlihat pada bentuk variasi dan hiasannya saja.
Seorang wanita yang diangkat sebagai Bundo Kanduang merupakan wanita yang memegang peranan dalam kaum atau sukunya. Tidak semua wanita di Minangkabau dianggap Bundo Kanduang karena harus memenuhi kriteria dan persyaratan seperti uraian di atas. Sehubungan dengan itu pakaian Bundo Kanduang dalam upacara-upacara adat mempunyai bentuk-bentuk tertentu dan berbeda dengan wanita lainnya. Pakaian Bundo Kanduang mempunyai bermacam-macam variasi, seperti yang terdapat di beberapa daerah di Minangkabau, namun mempunyai persamaan pokok yang merupakan satu kesatuan.
Adapun pakaian Bundo Kanduang menurut adat yang lazim.
1. Tengkuluk :
Bagian kepala seorang wanita yang telah diangkat sebagai Bundo Kanduang pada waktu menghadiri upacara adat harus ditutup. Penutup kepala ini disebut tengkuluk yang dipakai dengan cara tertentu sehingga bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Tutup kepala tersebut dibuat dari selendang tenunan Pandai Sikek. Di beberapa daerah terdapat beberapa cara memakainya sehingga bentuknya pun bervariasi. Di Kabupaten Agam ujungnya runcing, di Payakumbuh ujung pepat, di daerah Lintau Kabupaten Tanah Datar tanduknya bertingkat dan lain-lain.
2. Baju kurung
Baju yang dipakai oleh Bundo Kanduang dalam upacara adat disebut baju kurung yang melambangkan bahwa ibu tersebut terkurung oleh undang-undang yang sesuai dengan agama dan adat di Minangkabau. Baju kurung ini diberi hiasan sulaman benang emas dengan motif bunga kecil yang disebut tabua atau tabur. Warna baju kurung bermacam-macam menurut darah masing-masing, seperti hitam, merah tua, ungu atau biru tua. Pada lengan kiri, kanan atau pinggir bagian bawah baju diberi jahitan tepi yang disebut minsia, melambangkan bahwa Bundo Kanduang harus selalu berhati lapang, sabar menghadapi segala persoalan. Sedangkan hiasan tabur melambangkan kekayaan alam Minangkabau, warna hitam melambangkan Bundo Kanduang tahan tempa, tabah dan ulet, warna merah melambangkan keberanian dan tanggung jawab.
3. Kain sarung atau kodek
Kain sarung yang dipakai oleh Bundo Kanduang dibuat dari kain balapak atau songket tenunan Pandai Sikek, Padang Panjang. Kain sarung ini berhiaskan benang emas atau perak dengan motif bunga, daun atau garis-garis geometris. Sedangkan tepinya dihiasi motif pucuk rebung. Kain sarung dipakai sebatas mata kaki melambangkan bahwa Bundo Kanduang harus mempunyai rasa malu, kesopanan, ketaatan beragama tetapi mudah melangkah. Hiasan tabur pada kain serung melambangkan pengetahuan Bundo Kanduang sebanyak bintang di langit, motif pucuk rebung melambangkan inisiatif dan gerak dinamis masyarakat Minangkabau.
4. Selandang
Setelah memakai baju kurung, di atas bahu kanan dipakai selendang atau selempang dari kain songket yang disebut kain balapak buatan Pandai Sikek. Cara memakainya di selempangkan dari bahu kanan ke bawah tangan kiri, melambangkan tanggung jawab yang dibebankan di pundak Bundo Kanduang, yang harus dilaksanakan dengan baik.
Sebagai pelengkap pakaian adat Bundo Kanduang antara lain selop atau sandal, kampie yaitu sejenis kantung kacil terbuat dari kain beludru sebagai tempat sirih pinang. Sebagai perhiasan antara lain kalung dan gelang. Kalung Bundo Kanduang ada beberapa macam, yaitu kalung cekik leher, kalung kaban, kalung rago-rago dan kalung panjang.
Leher sebagai lambang kebenaran akan tetap berdiri teguh dan sebagai pernyataan tetap menegakkan kebenaran dilambangkan dengan memberi hiasan kalung. Kalung juga melambangkan bahwa semua rahasia dikumpulkan oleh Bundo Kanduang dan sebagai pengatur ekonomi maka perlu menyimpan harta dalam bentuk emas yang sukar dihabiskan.
Selain kalung, hiasan lainnya adalah gelang, yaitu gelang gadang atau besar, gelang rago-rago dan gelang kunci manik. Pemakaian gelang melambangkan semua yang dikerjakan Bundo Kanduang harus dalam batas-batas tertentu, menjangkau ada batasnya, melangkahkan kaki juga ada batasnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bundo Kanduang merupakan figur ibu sejati yang sangat diharapkan dan sangat berperan dalam masyarakat Minangkabau. Tidak semua wanita atau semua ibu mempunyai predikat Bundo Kanduang karena harus memiliki beberapa kriteria dan persyaratan tertentu yang digariskan menurut agama dan adat Minangkabau. Sebaliknya kaum ibu yang disebut Bundo Kanduang sangat dihormati dan dimuliakan. Kedudukan dan peranannya dalam adat sangat besar. Karena status tersebut, Bundo Kanduang mempunyai batas-batas yang digariskan oleh adat dalam berbuat, bertindak dan bertingkah laku. Gambaran Bundo Kanduang ini diwujudkan pula dalam pakaian adat yang dipakai dalam upacara tertentu, yang penuh dengan lambang dan makna.
Sayang sekali jika hal ini tidak diketahui oleh generasi muda, khususnya pendukung kebudayaan bersangkutan karena berarti tidak mengenal dan mencintai nilai budaya nenek moyang.
Baju Anak Daro Minang Kabau |
Buo.
2. Luhak Nan Tangah, meliputi : Matua. Maninjau. Bayua, Kuari Limo. Jorong, dan Koto
Gadang
3. Luhak Nan Bungsu, meliputi : Payakumbuh, dan Koto nan Ampek
4. Luhak rantau, meliputi : Solok, Pariaman, Padang, dan Painan.
(infor dari : Dra. SYOFYANI – seniwati, dosen dan pemilik sanggar SYOFYANI – Padang)
Bundo Kanduang |
Pakaian Adat Bundo Kanduang |
Seorang wanita yang diangkat sebagai Bundo Kanduang merupakan wanita yang memegang peranan dalam kaum atau sukunya. Tidak semua wanita di Minangkabau dianggap Bundo Kanduang karena harus memenuhi kriteria dan persyaratan seperti uraian di atas. Sehubungan dengan itu pakaian Bundo Kanduang dalam upacara-upacara adat mempunyai bentuk-bentuk tertentu dan berbeda dengan wanita lainnya. Pakaian Bundo Kanduang mempunyai bermacam-macam variasi, seperti yang terdapat di beberapa daerah di Minangkabau, namun mempunyai persamaan pokok yang merupakan satu kesatuan.
Adapun pakaian Bundo Kanduang menurut adat yang lazim.
1. Tengkuluk :
Bagian kepala seorang wanita yang telah diangkat sebagai Bundo Kanduang pada waktu menghadiri upacara adat harus ditutup. Penutup kepala ini disebut tengkuluk yang dipakai dengan cara tertentu sehingga bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Tutup kepala tersebut dibuat dari selendang tenunan Pandai Sikek. Di beberapa daerah terdapat beberapa cara memakainya sehingga bentuknya pun bervariasi. Di Kabupaten Agam ujungnya runcing, di Payakumbuh ujung pepat, di daerah Lintau Kabupaten Tanah Datar tanduknya bertingkat dan lain-lain.
2. Baju kurung
Baju yang dipakai oleh Bundo Kanduang dalam upacara adat disebut baju kurung yang melambangkan bahwa ibu tersebut terkurung oleh undang-undang yang sesuai dengan agama dan adat di Minangkabau. Baju kurung ini diberi hiasan sulaman benang emas dengan motif bunga kecil yang disebut tabua atau tabur. Warna baju kurung bermacam-macam menurut darah masing-masing, seperti hitam, merah tua, ungu atau biru tua. Pada lengan kiri, kanan atau pinggir bagian bawah baju diberi jahitan tepi yang disebut minsia, melambangkan bahwa Bundo Kanduang harus selalu berhati lapang, sabar menghadapi segala persoalan. Sedangkan hiasan tabur melambangkan kekayaan alam Minangkabau, warna hitam melambangkan Bundo Kanduang tahan tempa, tabah dan ulet, warna merah melambangkan keberanian dan tanggung jawab.
3. Kain sarung atau kodek
Kain sarung yang dipakai oleh Bundo Kanduang dibuat dari kain balapak atau songket tenunan Pandai Sikek, Padang Panjang. Kain sarung ini berhiaskan benang emas atau perak dengan motif bunga, daun atau garis-garis geometris. Sedangkan tepinya dihiasi motif pucuk rebung. Kain sarung dipakai sebatas mata kaki melambangkan bahwa Bundo Kanduang harus mempunyai rasa malu, kesopanan, ketaatan beragama tetapi mudah melangkah. Hiasan tabur pada kain serung melambangkan pengetahuan Bundo Kanduang sebanyak bintang di langit, motif pucuk rebung melambangkan inisiatif dan gerak dinamis masyarakat Minangkabau.
4. Selandang
Setelah memakai baju kurung, di atas bahu kanan dipakai selendang atau selempang dari kain songket yang disebut kain balapak buatan Pandai Sikek. Cara memakainya di selempangkan dari bahu kanan ke bawah tangan kiri, melambangkan tanggung jawab yang dibebankan di pundak Bundo Kanduang, yang harus dilaksanakan dengan baik.
Sebagai pelengkap pakaian adat Bundo Kanduang antara lain selop atau sandal, kampie yaitu sejenis kantung kacil terbuat dari kain beludru sebagai tempat sirih pinang. Sebagai perhiasan antara lain kalung dan gelang. Kalung Bundo Kanduang ada beberapa macam, yaitu kalung cekik leher, kalung kaban, kalung rago-rago dan kalung panjang.
Leher sebagai lambang kebenaran akan tetap berdiri teguh dan sebagai pernyataan tetap menegakkan kebenaran dilambangkan dengan memberi hiasan kalung. Kalung juga melambangkan bahwa semua rahasia dikumpulkan oleh Bundo Kanduang dan sebagai pengatur ekonomi maka perlu menyimpan harta dalam bentuk emas yang sukar dihabiskan.
Selain kalung, hiasan lainnya adalah gelang, yaitu gelang gadang atau besar, gelang rago-rago dan gelang kunci manik. Pemakaian gelang melambangkan semua yang dikerjakan Bundo Kanduang harus dalam batas-batas tertentu, menjangkau ada batasnya, melangkahkan kaki juga ada batasnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bundo Kanduang merupakan figur ibu sejati yang sangat diharapkan dan sangat berperan dalam masyarakat Minangkabau. Tidak semua wanita atau semua ibu mempunyai predikat Bundo Kanduang karena harus memiliki beberapa kriteria dan persyaratan tertentu yang digariskan menurut agama dan adat Minangkabau. Sebaliknya kaum ibu yang disebut Bundo Kanduang sangat dihormati dan dimuliakan. Kedudukan dan peranannya dalam adat sangat besar. Karena status tersebut, Bundo Kanduang mempunyai batas-batas yang digariskan oleh adat dalam berbuat, bertindak dan bertingkah laku. Gambaran Bundo Kanduang ini diwujudkan pula dalam pakaian adat yang dipakai dalam upacara tertentu, yang penuh dengan lambang dan makna.
Sayang sekali jika hal ini tidak diketahui oleh generasi muda, khususnya pendukung kebudayaan bersangkutan karena berarti tidak mengenal dan mencintai nilai budaya nenek moyang.
Label: Fakta Unik
Sekilas tentang Bahasa Minang
Tak terasa ya..udah bulan baru aja ya..tapi dompet saya masih kosong juga ne,gak nambah-nambah,sama ama hati. Kosong.*Abaikan*
Oke,kale ini saya mau membahas sedikit tentang keunikan bahasa Minang. You know lah,yaa..saya itu asli orang Minang *aah..dah tau kok..* tapi masih belum jago bikin rendang..dikit-dikit bisa lah,bisa makannya gtu..hihi
Sebagian besar orang2 pada tau,kalau bahasa Minang itu tinggal ditambahin huruf “O” aja dibelakangnya..oh tidak semua juga kawan. Memang ada,tapi gak semua.
Misalnya..
Iyo = iya
Apo = Apa
Kudo=kuda
Lupo =lupa
Jika dikira bahasa minang semuanya dipake huruf “O’,gawat juga itu..jadi aneh donk bahasanya. Misalnya makan jadi makon,minum jadi minom. Makan dan Minum tetap seperti itu gak ada yang perlu ditambahin,cukup tambahan aja gula biar saya tambah manis gtu..*lha??apa hubungannya coba??*
Nah,selain itu..bahasa minang itu hemat. Kata pepatah,hemat pangkal kaya..gak ada hubungannya kan?emang gak ada hubungan kok..hehe
Ada beberapa kata yang mencoba menyingkat kata dasarnya. Misalnya begini ne..
Dimana = Dima
Kemana = Kama
Berapa= Bara tampubolon
kalau dicontohkan dalam kalimat..
“kama tadi malam?”
“uni..Bara harago rambutan sakilo??”
Pada ngerti kan? Pasti ngerti lah yaa..gak susah2 amat kok..hehe
Selanjutnya, kalau ada kata yang dibelakangnya ada berakhiran “Ing” maka dalam bahasa minang menjadi akhiran “Iang”.
Contohnya begini..
Kucing=Kuciang
Anjing=Anjiang
Kambing=kambiang
Pusing=Pusiang
tapi kalau V+ing dalam bahasa Inggris dirubah dalam bahasa minang,pasti lucu dan aneh banget ya..
misalnya..
Singing=Singiang
Swimming=Swimmiang
Jogging=Joggiang
Kalau make beginian,dijamin deh bule2 pusing 7 keliling..kalau ada yang mau praktekkin,monggo..hehe. Jangan sampai bulenya pusiang-pusiang tujuh kaliliang..
Nah masih ada satu lagi ne temans..jangan beranjak dulu dari layar kaca anda..
Ini tentang kosakata bahasa Minang yang jika digunakan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah lain,artinya akan berbeda..
Misalnya..
Capek (Minang) artinya “cepat” berubah artinya menjadi lelah (Indo).
Galak (Minang) artinya “ketawa” berubah artinya menjadi pemarah (indo) dan beda lagi kalau jika digunakan di daerah Jambi dan Bengkulu. Galak itu menjadi “Mau..”. Saya tau artinya ini waktu masih SD,ketika ada anak baru pindahan dari Bengkulu,trus dia tawaran makanan. Sepertinya dia lupa,kalau ini sudah di Padang. Lalu menyodorkan makanan sambil bilang “Galak Yura..” lhaa..saya jadi bingung,saya kan gak ada ketawa..berhubung gue jenius sedikit dibawah oppa habibie,jadi bisa menyimpulkan kalau dia menawarkan makanan buat saya. Lucu ya??
Ketek (Minang ) artinya “Kecil” berubah artinya menjadi ketiak (Indo). Jauh banget bedanya ya??dari kecil ke ketiak..
Upss tahaan yaa..masih ada satu lagi ne..Gado(Minang) artinya “Lempar” langsung berubah dalam bahasa Indonesia menjadi nama makanan gado-gado. Makanya hati-hati makan gado-gado nanti kena gado..hehe..kena gadonya,kalau makan gado-gado ngutang..pada tau artinya kan??hehe
Kayaknya,cukup segitu aja ulasan absurd dari pengamat Bahasa Minang odong-odong seperti saya,ini murni analisa absurd saya saja. Maklum saya suka semedi di toilet kalau B*B nya kurang lancar,jadi dapat wangsit nulis ini..hihi *Gak bangetkan??
ini baru seupil gajah tentang Bahasa Minang yang diulas. Di Provinsi Sumatera Barat saja,setiap kabupaten itu ada perbedaan dalam bahasa,baik logat,aksen dan kosa-katanya. Kabupaten yang berada berdekatan dengan Provinsi Sumatera Utara itu lebih mengarah ke bahasa Mandailing,Batak. Saya gak ngerti sama sekali,sekitar 5 kosa kata yang saya tau dan suka sering lupa..Parah banget yaa??
Ini cuma baru di Sumatera Barat,mungkin di Provinsi lain masih banyak lagi,apalagi se Indonesia. Keliatan banget ,betapa kayanya negara kita Indonesia. Dari segi bahasa saja kita memiliki bahasa yang beragam. Tapi ada satu bahasa yang dapat mempersatukan kita dari Sabang sampai Merauke ,yaitu Bahasa Indonesia..
Hidup Indonesia..!!
ReadMore : yurasaurus46
Label: Fakta Unik
7 Fakta Unik Bahasa Minang.
7 Fakta Unik Bahasa Minang..
1. Bahasa Minang adalah Bahasa daerah yang hampir mendekati dan menyerupai bahasa persatuan bahasa Indonesia dibanding bahasa Daerah lain, karena pada umumnya bahasa Minang apabila ujung kata diganti huruf 'A' akan menjadi Bahasa Indonesia baku, contoh : Bilo jadi Bila, Sapo jadi Sapa dll
"Ketawa jadi galak wkwkwk.."
2. Bahasa Minang bahasa yang mudah dimengerti dan banyak orang dari daerah lain yang bisa berbahasa Minang. Sedangkan orang Minang sendiri paling susah bisa berbahasa daerah lain.
"Nan kalamak dek awak sajo yo "
3. Sepandai-pandainya orang Minang berbahasa Indonesia, maka logat Minangnya tetap susah dihilangkan, contoh : "Siapa bilang orang Minang kalau bicara pakai bahasa Indonesia sering kebawa-kebawa logat Minangnya? Ga ada tu doh.."
"Hahahaha ko nan paliang acok tajadi"
4. Umumnya orang Minang yang tinggal didaerah lain (rantau) paling malas menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang yang bukan berasal dari Minang, apa lagi kalau dihadapan teman-temanya sesama orang Minang
"Sagan dakek kawan-kawan "
5. Setiap daerah, kota, kabupaten, nagari dan jorong di Ranah Minang mempunyai logat dan ragam bahasa yang berbeda-beda.
"Arti bahaso samo, logat babedo-bedo"
6. Seperti Indonesia yang mempunyai bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia, bahasa Minang pun mempunyai bahasa persatuan yang bisa dimengerti masyarakat Minang pada umumnya, yaitu bahasa yang dipakai oleh masyarakat Bukittinggi dan Kota Padang yang nama bahasanya Baso Padang.
"Contoh bahaso nan dipakai Admin CML katiko manposting carito "
7. Bahasa Minang tidak mengenal dan tidak memakai awalan sepeti : Ter, Ber, Te, Be dll, juga tidak memakai ujung kata seperti : Ung, Ir, Ut dll..
Contoh :
Ter jadi Ta -> Terlalu jadi Talalu
Ber jadi Ba -> Bersama jadi Basamo
Ung jadi Uang -> Burung jadi Buruang
Ut jadi Uik -> Semut jadi Samuik
Ir jadi ia -> Air jadi Aia
Label: Fakta Unik
Keunikan dari Suku Minang Kabau
Rumah Gadang - Rumah Adat Minang Kabau |
Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan Minang adalah salah satu suku etnik di indonesia yang menjunjung adat dan istiadatnya, yang mana terletak ditengah Bukit Barisan, pegunungan yang membujur hampir sepanjang pulau Sumatra, tepatnya di Sumatra Barat.
Dilihat dari penduduk nya masyarakat Minang masih menjunjung adat kebersamaan dan saling bergotong royong. Namun kebanyakan penduduk Minang keluar dari tanah leluhur nya untuk merantau karena ada pepatah yang mengatakan bahwa orang Minang dikatakan mandiri dan dapat bertahan dengan keluar dari tanah kelahiran nya dan mengadu nasib di kota atau negeri lain, sampai saat ini banyak suku minang yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini lebih tepatnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Palembang, Medan, Aceh, Batam, dan masih banyak lainnya, bahkan sampai di semenanjung Malaysia dan Singapura.
Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah 4,2 juta jiwa, dengan perkiraan hampir separuh orang Minang berada di perantauan.
Jika sesama warga Minang merantau dan bertemu disuatu tempat, maka mereka akan menganggap jika mereka itu saudara, karena tali persaudaraan antar warga Minang sangat kuat, jadi sekalipun itu bukan saudara sedarah, namun akan tetap jadi saudara setanah leluhur.
Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai suatu masyarakat yang sangat religious.
Ada pepatah yang mengatakan, dimanapun kita berdiri diranah Minang, dapat dipastikan kita akan mendengar kumandang adzan, panggilan untuk beribadah lima waktu. Kearah manapun kita menengok, hampir dipastikan kita akan melihat kubah sebuah masjid, minimal sebuah surau dengan arsitektur Minang yang khas.
Bahkan jika ada yang keluar dari agama islam, maka orang tersebut akan dikucilkan dari lingkungannya bahkan ia akan dianggap keluar dari masyarakat Minang.
Minangkabau adalah suku yang unik, mulai dari adat istiadat, kesenian, rumah adat, sampai makanan.
Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang demokratis dan egaliter, jadi semua masalah yang menyanggkut keseluruhan masyarakatnya wajib dimusyawarahkan secara mufakat.
satu lagi keunikan dari masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang menganut sistim matrilineal, dimana garis ibu lebih dominan dan hukum mengikuti garis ibu, yang mungkin di Indonesia hanya terdapat di Minagkabau.
Dan lagi untuk pembagian harta warisan, maka pihak perempuan berhak menerima lebih dibanding laki-laki.
Kesenian dalam masyarakat Minang sangat banyak, mulai dari tari-tarian, seni bela diri, sampai seni dalam berkata-kata, dalam seni berkata-kata ini seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan atau harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik.
Nilai positif dari suku minang adalah, suku minang menganut sistim matrilineal yang mana keturunan berdasar garis ibu, jadi harta jatuh ke tangan wanita.
jadi apabila suatu saat lelaki meninggalkan wanita, maka wanita itu tidak menjadi rentan dan terlalu bergantung pada pria.
Label: Fakta Unik
Misteri di Balik Kemegahan Jam Gadang
Ternyata ada misteri dibalik kemegahan Jam Gadang. Banyak yang belum mengetahui misteri tersebut dan hingga saat ini belum terpecahkan. Namun misteri itu justru membuat jam ini sangat istimewa. Misteri apakah itu?
Tepat jam 00.00 tim kami mengunjungi Jam Gadang di jantung kota Bukittinggi. Sengaja kami datang pada waktu tersebut agar bisa mendengar lonceng selama 12 kali dan bisa memotret tepat saat jarum jam dan menit menunjukkan angka 12. Namun kabut menghalangi pandangan sehingga menara tidak terlihat terlalu jelas. Kami sabar menanti sampai kabut menghilang.
Jam Gadang didirikan pada tahun 1926 sebagai hadiah dari ratu Belanda kepada controleur, sekretaris Kota Bukittinggi pada saat itu. Dan ternyata mesin Jam Gadang ini memiliki kembaran di dunia. Dimanakah kembarannya itu? Ternyata ada di London: Menara Big Ben yang terkenal itu.
Selain itu Jam Gadang juga menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia, dimana Bukittinggi pernah menjadi ibukota pemerintahan darurat RI saat Jogjakarta jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1948-1949.
Berangsur-angsur kabut hilang dan kami memulai pemotretan dari berbagai sudut. Tibalah saatnya kami menemukan misteri dibalik Jam Gadang yang menjadi titik nol Kota Bukittinggi.
Menara puncak Jam Gadang mengalami beberapa perubahan. Pada jaman Belanda menara puncak berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan. Sedangkan pada jaman Jepang menara puncak dirubah menjadi bentuk kelenteng. Dan setelah Indonesia merdeka Jam Gadang berbentuk rumah adat minangkabau.
Satu yang tidak berubah adalah bentuk jam. Dari jaman Belanda hingga sekarang tetap berbentuk bulat dengan menggunakan angka romawi. Nah disinilah misteri itu mulai terungkap.
Aku perhatikan angka romawi itu satu per satu. Dan ketika menunjukkan angka 4, seharusnya tertulis angka IV namun yang tertulis adalah IIII. Mengapa sampai terjadi demikian? Aku bertanya kepada beberapa orang tidak ada yang bisa menjelaskan misteri ini. Demikian pula ketika saya baca dalam prasasti yang ada didepan jam ini hanya disebutkan bahwa ini merupakan keistimewaan Jam Gadang.
Aku memutar otak mengapa hal ini bisa terjadi. Apakah ini bentuk pembodohan pemerintahan Belanda kepada bangsa kita pada saat itu? Apakah jika ditulis IV akan menjadi arti “I Victory” yang berarti Aku Menang? Satu hal yang sangat tidak diinginkan pemerintahan Belanda pada saat itu.
Tapi biarlah misteri atau keunikan itu tetap melekat pada Jam Gadang, justru dengan demikian jam tersebut menjadi satu-satunya jam di dunia yang menggunakan angka 4 romawi dengan angka IIII.
Tepat jam 00.00 tim kami mengunjungi Jam Gadang di jantung kota Bukittinggi. Sengaja kami datang pada waktu tersebut agar bisa mendengar lonceng selama 12 kali dan bisa memotret tepat saat jarum jam dan menit menunjukkan angka 12. Namun kabut menghalangi pandangan sehingga menara tidak terlihat terlalu jelas. Kami sabar menanti sampai kabut menghilang.
Jam Gadang didirikan pada tahun 1926 sebagai hadiah dari ratu Belanda kepada controleur, sekretaris Kota Bukittinggi pada saat itu. Dan ternyata mesin Jam Gadang ini memiliki kembaran di dunia. Dimanakah kembarannya itu? Ternyata ada di London: Menara Big Ben yang terkenal itu.
Selain itu Jam Gadang juga menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia, dimana Bukittinggi pernah menjadi ibukota pemerintahan darurat RI saat Jogjakarta jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1948-1949.
Berangsur-angsur kabut hilang dan kami memulai pemotretan dari berbagai sudut. Tibalah saatnya kami menemukan misteri dibalik Jam Gadang yang menjadi titik nol Kota Bukittinggi.
Menara puncak Jam Gadang mengalami beberapa perubahan. Pada jaman Belanda menara puncak berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan. Sedangkan pada jaman Jepang menara puncak dirubah menjadi bentuk kelenteng. Dan setelah Indonesia merdeka Jam Gadang berbentuk rumah adat minangkabau.
Satu yang tidak berubah adalah bentuk jam. Dari jaman Belanda hingga sekarang tetap berbentuk bulat dengan menggunakan angka romawi. Nah disinilah misteri itu mulai terungkap.
Aku perhatikan angka romawi itu satu per satu. Dan ketika menunjukkan angka 4, seharusnya tertulis angka IV namun yang tertulis adalah IIII. Mengapa sampai terjadi demikian? Aku bertanya kepada beberapa orang tidak ada yang bisa menjelaskan misteri ini. Demikian pula ketika saya baca dalam prasasti yang ada didepan jam ini hanya disebutkan bahwa ini merupakan keistimewaan Jam Gadang.
Lihat angka 4 - IIII di Jam Gadang |
Tapi biarlah misteri atau keunikan itu tetap melekat pada Jam Gadang, justru dengan demikian jam tersebut menjadi satu-satunya jam di dunia yang menggunakan angka 4 romawi dengan angka IIII.
Label: Fakta Unik
Tempat Wisata Ngarai Sianok
Sabtu, 08 November 2014
Keindahan Lembah Raksasa Ngarai Sianok Bukittinggi ini membuat banyak pengunjungnya kagum, kenapa tidak, pandangan yang luas dari Sianok Grand Canyon terlihat begitu cantik. Sayang sekali jika anda ke sini dan menjadikan tempat ini sebagai salah satu tujuan wisata untuk Padang tour atau Bukittinggi tour, namun tidak membawa kamera untuk mendokumentasikan perjalanan anda :)
Ngarai berarti lembah, atau dalam bahasa inggrisnya canyon, sehingga Ngarai sianok di dunia internasional disebut dengan nama Sianok Grand Canyon. Terbentuk karena patahan kulit bumi yang ada di Sumatera.
Bentangan sepanjang 15 KM dan lebar sekitar 200 meter ini memiliki kedalaman jurang hampir vertikal dengan ketinggian mencapai 100 meter.
Letak Ngarai ini pun tidak jauh dari Jam Gadang Bukittinggi kurang dari 500 meter saja, jika anda menggunakan sewa mobil di Bukittinggi waktu yang ditempuhpun bisa diperkirakan kurang dari lima menit saja.
Panorama yang dapat memandang luas keindahan ini pun ditempatkan di salah satu sisi jurang yang mudah diakses dari Bukittinggi, sehingga Pandangan terbuka pun menjadi Panorama ini favorit untuk di Kunjungi di Kota Bukittinggi, tempat Panorama ini hanya beberapa meter saja di pintu masuk Lobang Jepang yang dapat disebut sebagai kota bawah tanahnya Bukittinggi.
Selain menikmati pemandangan Lembah Raksasa ini, anda pun dapat melihat berbagai binatang yang hidup di lingkungan ngarai ini, biasanya favorit mengunjungi para tourist/pelancong adalah Kera yang disebut dengan bahasa lokal Cigak.
Pemerintah daerah Bukittinggi cukup menjaga daerah wisata di Bukittinggi ini, yaitu dengan disediakannya taman dengan berbagai pendukung para turis, seperti panorama tour bagi para turis yang dapat melihat Ngarai ini dari dua sisi, kemudian derah tempat hiburan yang kadang diselenggarakan pada hari libur.
Kemudian antara dua sisi panorama dengan pemandangan indah ini, juga tersedia hasil industri kerajinan tangan (handmade) yang memiliki cirikhas produksi kota Sanjai ini, seperti lukisan dengan rumah gadang, gantungan kunci, sepatu, pakaian, songket atau oleh-oleh lainnya yang tentunya menarik untuk dibawa ke kota Anda.
Kami sangat menyarankan tempat ini untuk anda kunjungi dan menjadi itinerary pada Bukittinggi Tour Package anda. Silakan kontak agen perjalanan anda untuk memastikan hal tersebut. Selamat menjelajah di kota wisata Bukittinggi ini :)
Ngarai berarti lembah, atau dalam bahasa inggrisnya canyon, sehingga Ngarai sianok di dunia internasional disebut dengan nama Sianok Grand Canyon. Terbentuk karena patahan kulit bumi yang ada di Sumatera.
Bentangan sepanjang 15 KM dan lebar sekitar 200 meter ini memiliki kedalaman jurang hampir vertikal dengan ketinggian mencapai 100 meter.
Letak Ngarai ini pun tidak jauh dari Jam Gadang Bukittinggi kurang dari 500 meter saja, jika anda menggunakan sewa mobil di Bukittinggi waktu yang ditempuhpun bisa diperkirakan kurang dari lima menit saja.
Panorama yang dapat memandang luas keindahan ini pun ditempatkan di salah satu sisi jurang yang mudah diakses dari Bukittinggi, sehingga Pandangan terbuka pun menjadi Panorama ini favorit untuk di Kunjungi di Kota Bukittinggi, tempat Panorama ini hanya beberapa meter saja di pintu masuk Lobang Jepang yang dapat disebut sebagai kota bawah tanahnya Bukittinggi.
Selain menikmati pemandangan Lembah Raksasa ini, anda pun dapat melihat berbagai binatang yang hidup di lingkungan ngarai ini, biasanya favorit mengunjungi para tourist/pelancong adalah Kera yang disebut dengan bahasa lokal Cigak.
Pemerintah daerah Bukittinggi cukup menjaga daerah wisata di Bukittinggi ini, yaitu dengan disediakannya taman dengan berbagai pendukung para turis, seperti panorama tour bagi para turis yang dapat melihat Ngarai ini dari dua sisi, kemudian derah tempat hiburan yang kadang diselenggarakan pada hari libur.
Kemudian antara dua sisi panorama dengan pemandangan indah ini, juga tersedia hasil industri kerajinan tangan (handmade) yang memiliki cirikhas produksi kota Sanjai ini, seperti lukisan dengan rumah gadang, gantungan kunci, sepatu, pakaian, songket atau oleh-oleh lainnya yang tentunya menarik untuk dibawa ke kota Anda.
Kami sangat menyarankan tempat ini untuk anda kunjungi dan menjadi itinerary pada Bukittinggi Tour Package anda. Silakan kontak agen perjalanan anda untuk memastikan hal tersebut. Selamat menjelajah di kota wisata Bukittinggi ini :)
Berikut Foto wisata Ngarai Sianok
Label: Wisata Minang
Tempat Wisata Jam Gadang
Jam Gadang merupakan Simbol khas Bukittinggi dan Sumatera Barat ini memiliki cerita dan keunikan dalam perjalanan sejarahnya. Hal tersebut dapat ditelusuri dari ornamen pada Jam Gadang. Pada masa penjajahan Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Pada masa penjajahan Jepang , ornamen jam berubah menjadi klenteng. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan, bentuknya ornamennya kembali berubah dengan bentuk gonjong rumah adat Minangkabau .
Angka-angka pada jam tersebut juga memiliki keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.
Dari menara Jam Gadang, para wisatawan bisa melihat panorama kota Bukittinggi yang terdiri dari bukit, lembah dan bangunan berjejer di tengah kota yang sayang untuk dilewatkan.
Jam Gadang terletak di depan Pasar Atas, Kota Bukittinggi, ProvinsiSumatera Barat , Indonesia .
Untuk mencapai lokasi ini, para wisatawan dapat menggunakan jalur darat. Dari kota Padang ke Bukittinggi, perjalanan dapat ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan menggunakan angkutan umum, dengan ongkos sekitar Rp. 15.000-Rp 20.000 per orang (Februari 2008). Setelah sampai di kota Bukittinggi, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota ke lokasi Jam Gadang.
Dengan biaya sebesar Rp. 3.000 (Februari 2008) para wisatawan bisa menikmati dan naik ke atas bangunan setinggi 26 meter tersebut.
Berhubung lokasi Jam Gadang berada di tengah Kota Bukittinggi, maka para wisatawan dari luar kawasan kota yang ingin berlama-lama dapat menginap di hotel-hotel yang ada di kawasan kota. Untuk masalah makanan, para wisatawan dimanjakan oleh berbagai aneka masakan Padang. Nasi Kapau menjadi salah satu menu yang menarik untuk dicoba yang berada di Pasar Lereng (di samping Pasar Atas) Bukittinggi. Bagi yang telah selesai mengunjungi Jam Gadang dapat melakukan wisata belanja di Pasar Atas dengan membeli oleh-oleh untuk sanak saudara.
Angka-angka pada jam tersebut juga memiliki keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.
Dari menara Jam Gadang, para wisatawan bisa melihat panorama kota Bukittinggi yang terdiri dari bukit, lembah dan bangunan berjejer di tengah kota yang sayang untuk dilewatkan.
Jam Gadang terletak di depan Pasar Atas, Kota Bukittinggi, ProvinsiSumatera Barat , Indonesia .
Untuk mencapai lokasi ini, para wisatawan dapat menggunakan jalur darat. Dari kota Padang ke Bukittinggi, perjalanan dapat ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan menggunakan angkutan umum, dengan ongkos sekitar Rp. 15.000-Rp 20.000 per orang (Februari 2008). Setelah sampai di kota Bukittinggi, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota ke lokasi Jam Gadang.
Dengan biaya sebesar Rp. 3.000 (Februari 2008) para wisatawan bisa menikmati dan naik ke atas bangunan setinggi 26 meter tersebut.
Berhubung lokasi Jam Gadang berada di tengah Kota Bukittinggi, maka para wisatawan dari luar kawasan kota yang ingin berlama-lama dapat menginap di hotel-hotel yang ada di kawasan kota. Untuk masalah makanan, para wisatawan dimanjakan oleh berbagai aneka masakan Padang. Nasi Kapau menjadi salah satu menu yang menarik untuk dicoba yang berada di Pasar Lereng (di samping Pasar Atas) Bukittinggi. Bagi yang telah selesai mengunjungi Jam Gadang dapat melakukan wisata belanja di Pasar Atas dengan membeli oleh-oleh untuk sanak saudara.
Berikut Foto sisi dan Taman Jam Gadang
Label: Wisata Minang
Tempat Wisata Danau Atas Danau Bawah
Objek Wisata Danau Atas Danau Bawah - Selamat sore sahabat pembaca dimanapun berada. Mohon ma'af ya blog ini sudah lama tidak melakukan update karena kesibukan sehari-hari jadi tidak ada luang waktu untuk update blog ini. Kali ini penulis akan reivew sedikit mengenai Objek Wisata Danau Atas Danau Bawah Di Daearah Kabupaten Solok yang ada yang berlokasi di alahan panjang solok sumatera barat. Bagi sahabat yang belum pernah kesana ayo mari berkunjung tour and travelling to solok sumatera barat. Udara yang sejuk dan pemandangan yang indah sekali, benar-benar indah lo sahabat tidak akan rugi kalau sahabat pembaca kalau berkunjung kesan. disana juga banyak berjualan buah-buahan seperti stowbery, markisa dan segala macamnya termasuk juga orang jualan bunga pot.
Coba perhatikan gambar pemandangan Objek Wisata Danau Atas Danau Bawah ini!
Coba perhatikan gambar pemandangan Objek Wisata Danau Atas Danau Bawah ini!
Nah dari gambar diatas sudah sangat tertarik kita rasanya untuk berkunjung kesana. Buat sahabat yang ingin berkunjung silahkan pergi ke lokasi nya alahan panjang solok sumatera barat. semoga bersenang-senang baik bepergian dengan sahabat atau dengan keluarganya.
Baik mungkin hanya itu yang bisa saya jelaskn sedikit mengenai Objek Wisata Danau Atas Danau Bawah Di Daearah Kabupaten Solok ini semoga bermanfa'at.
Label: Wisata Minang
Tempat Wisata Danau Maninjau
Jika anda berkunjung ke Maninjau maka anda dapat mengunjungi beragam objek wisata. Objek wisata di Maninjau pada dasarnya terbagi dalam tiga jenis yaitu objek Wisata Alam, objek Wisata Sejarah dan Budaya, dan objek Wisata Minat Khusus. Di antara tiga jenis objek wisata tersebut, objek wisata alam merupakan objek wisata yang paling dominan dikunjungi oleh para wisatawan. Namun demikian, keberadaan objek wisata sejarah dan budaya serta objek wisata minat khusus juga sangat menunjang perkembangan pariwisata di Maninjau.
A. Objek Wisata Alam
Adapun bentuk objek wisata alam adalah berupa keindahan alam yang sangat alami, dengan adanya perbukitan dan pegunungan, air terjun, pemandian, dan panorama danau. Objek wisata alam yang terdapat di Maninjau terdiri dari:
a. Taman Wisata Muko-Muko
Muko-Muko adalah kawasan yang berlokasi di tepian Danau Maninjau berdekatan dengan PLTA. Tempat ini menyajikan pesona tersendiri karena didukung oleh beberapa fasilitas seperti taman rekreasi, tempat ibadah, arena bermain anak dan Pulau Legenda. Taman wisata muko-muko muncul dan berkembang sebagai dampak dari pembangunan PLTA Maninjau.
b. Aia Tigo Raso
Aia Tigo Raso atau air tiga rasa adalah salah satu objek wisata yang unik yang ada di Kabupeten Agam. Disebut unik karena dalam satu kolam terdapat tiga rasa air, yaitu manis, asam, dan pahit. Keunikan air tersebut menyebabkan banyak wisatawan yang mendatangi objek wisata ini. Air ini juga dipercayai dapat menyembuhkan penyakit kulit dan dapat membuat orang awet muda.
c. Agrowisata Kelok 44
Kelok 44 merupakan wisata alam yang menarik untuk dinikmati karena selama menempuh jalan yang berkelok-kelok tersebut wisatawan dapat menikmati pemandangan Danau Maninjau dari tempat ketinggian. Selain itu, di kelok 44 juga terdapat kera-kera jinak yang berkeliaran di sepanjang jalan. Kelok 44 dimulai di kelok 1 dari Danau Maninjau menuju Bukittinggi.
d. Air Terjun Gadih Ranti
Air terjun Gadih Ranti terletak 1,6 Km dari jalan raya Lubuk Basung-Maninjau dan berdekatan dengan bendungan irigasi Batang Antokan. Secara rinci akses menuju lokasi air terjun ini melalui jalan Lubuk Sao-Arikia. Sepanjang 600 meter menuju lokasi masih berupa jalan setapak sehingga memberikan kesan alami kepada para wisatawan yang mengunjunginya. Saat ini telah terdapat gazebo di lokasi wisata air terjun yang terdiri dari beberapa tingkat ini.
e. Pemandian Gadih Ranti
Pemandian Gadih Ranti berada di atas Air Terjun Gadih Ranti. Berdasarkan mitos yang berkembang pada masyarakat setempat menyatakan bahwa pada masa dahulunya ada seorang gadis yang bernama Gadih Ranti yang selalu menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pemandiannya. Gadih Ranti merupakan seorang gadis yang memiliki perawakan rupawan dan berambut panjang. Jika dilihat sekilas, pemandian ini mengandung misteri tersendiri karena kolam pemandian tersebut terbuat dari batu alam yang besar.
Seakan-akan batu alam yang besar tersebut sengaja dipahat menjadi wadah untuk menampung air untuk mandi dan berendam. Namun demikian, objek wisata ini tetap menjadi daya tarik karena airnya yang bersih ditunjang oleh keberadaannya dilokasi yang terlindung dan berhawa sejuk.
f. Danau Maninjau
Danau Maninjau terletak kabupaten Agam sekitar 140 km utara Padang dan 38 km barat Bukittinggi. Danau yang muncul akibat letusan Gunung Merapi ini memiliki kedalaman mencapai 495 meter dan terletak di ketinggian 461.5 meter dpl. Luas danau yang mencapai 99.5 km persegi telah mencatat danau ini sebagai danau terluas ke-2 di Sumatra Barat setelah Danau Singkarak dan danau terluas ke-11 di Indonesia.
Orang Minangkabau, khususnya orang Maninjau mempercayai legenda di balik terbentuknya danau, yaitu “Bujang Sembilan”, seperti yang telah dideskripsikan pada halaman sebelumnya. Maninjau banyak melahirkan tokoh antara lain Buya Hamka dan Rangkayo Rasuna Said (1910-1965). Mendengar nama Rasuna Said, anda pasti ingat nama jalan HR. Rasuna Said yang terdapat di kuningan. Ternyata, nama tersebut memang mengarah kepada orang yang sama karena HR adalah kepanjangan dari Hajjah Rangkayo.
Danau Maninjau merupakan objek wisata yang paling dominan di Maninjau. Danau ini memiliki panjang 16 km dan lebar 8 km. Danau Maninjau dikelilingi oleh perbukitan sehingga jika diperhatikan secara saksama maka akan terlihat seolah-olah danau tersebut berada dalam sebuah lingkaran. Hal ini seakan-akan membenarkan cerita yang terdapat dalam kisah Bujang Sambilan bahwa Danau Maninjau berasal dari kawah gunung berapi yang bernama Gunung Tinjau. Danau Maninjau memiliki keindahan yang khas. Keindahan danau ini tidak saja dapat dilihat dari dekat tetapi juga bisa disaksikan dari ketinggian Puncak Lawang, Ambun Pagi, dan Kelok 44.
g. Aia Angek Gasang
Aia Angek Gasang terletak di Jorong Gasang Kenagarian Maninjau. Objek wisata ini juga merupakan salah satu objek wisata yang unik karena jarak antara kolam pemandian air hangat ini dengan Danau Maninjau tidak begitu jauh tetapi airnya tetap hangat. Tingkat kehangatan Aia Angek Gasang tidaklah sehangat air yang ada di pemandian air hangat Solok, juga tidak lah sepanas air hangat di pemandian air hangat Pariangan tetapi mata air ini tetap memancarkan air yang kehangatannya sangat cocok untuk berendam.
h. Taman Wisata Linggai
Taman Wisata Linggai pernah dikelola dengan baik, yaitu dengan membangun beberapa gazebo, sejenis dangau untuk beristirahat bagi para wisatawan. Namun demikian, perawatan yang sangat kurang mengakibatkan bangunan-bangunan yang sudah ada tersebut mengalami kerusakan. Taman Wisata Linggai merupakan taman wisata yang dikembangkan di salah satu teluk Danau Maninjau. Lokasinya sebenarnya sangat bagus untuk dikembangkan sebagai tempat taman rekreasi air karena tepian danau di daerah ini cukup landai dengan teluknya yang indah. Saat ini kondisi objek wisata ini kurang terawat dan teluk tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pembudidayaan ikan air tawar dengan sistem jala terapung atau karamba.
B. Objek Wisata Sejarah dan Budaya
Selain menikmati objek wisata alam anda juga dapat mengunjungi objek wisata sejarah dan budaya meliputi wujud benda-benda bukti sejarah yang tangible (berwujud) dan intangible (tidak berwujud). Objek wisata sejarah dan budaya yang terdapat di Maninjau terdiri dari:
a. Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA
Buya HAMKA lahir di Sungai Batang. Rumah tempat kelahirannya saat ini difungsikan sebagai Museum HAMKA. Museum HAMKA memiliki koleksi berbagai buku karya Buya HAMKA, foto-foto, beberapa tongkat dan baju yang pernah digunakan Buya HAMKA semasa hidupnya. Penggunaan Museum HAMKA diresmikan pada tanggal 11 November 2001. Tujuan dari pendirian Museum tersebut adalah agar HAMKA tetap dikenal dan diteladani oleh generasi muda, khususnya generasi muda di Maninjau. Museum HAMKA merupakan salah satu tempat yang cukup ramai dikunjungi oleh para wisatawan.
b. Makam Syekh Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Inyiak Rasul)
Syekh Dr. H. Abdul Karim Amrullah lahir pada tanggal 17 Safar 1296 Hijriah yang bertepatan dengan 9 Februari 1879 Masehi. Beliau adalah ayah dari Buya HAMKA. Wafat di Jakarta pada tanggal 21 Jumadil Akhir 1364 Hijriah atau 3 Juni 1943 Masehi. Pada mulanya beliau dimakamkan di Jakarta namun kemudian dipindahkan ke Maninjau. Disisi makamnya dimakamkan adiknya yang bernama H. Yusuf Amrullah. Yusuf Amrullah lahir pada tanggal 25 April 1889 dan wafat pada tanggal 19 Oktober 1972. Pada saat ini komplek makam dilengkapi dengan perpustakaan yang diberi nama Perpustakaan Inyiak Rasul.
c. Perpustakaan Syekh Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Inyiak Rasul)
Perpustakaan Inyiak Rasul awalnya adalah rumah tempat Inyiak Rasul lahir dan dibesarkan. Rumah ini juga merupakan tempat Inyiak Rasul melahirkan beberapa tulisan. Perpustakaan memiliki dua buah lemari yang berisi berbagai macam hasil karya Inyiak Rasul. Di depan perpustakaan terdapat komplek makam Inyiak Rasul.
d. Surau Buya HAMKA
Surau ini dibangun tahun 1928 oleh warga Kampung Tanah Sirah Kenagarian Sungai Batang dengan ukuran 6x8 meter. Dibangun oleh masyarakat untuk Buya HAMKA yaitu pada saat beliau pulang dari Mekkah. Pada waktu itu HAMKA masih berumur 18 tahun. Tujuan dibangunnya surau tersebut adalah untuk tempat mengajar mengaji Al-Qur’an anak-anak yang ada di nagari-nagari sekitar surau. Saat ini surau Buya HAMKA masih dimanfaatkan sebagai tempat mengaji Al-Qur’an bagi anak-anak.
e. Atraksi Pagelaran Kesenian Tradisional
Di Maninjau terdapat banyak sanggar seni tradisional. Tiap-tiap nagari memiliki paling tidak satu buah sanggar seni tradisional. Sanggar seni tradisional yang terdapat di Maninjau berjumlah 71 buah sanggar seni. Kegiatan yang dilakukan di sanggar seni tradisional adalah mengajarkan dan mengembangkan seni tradisional seperti Randai, silat seni dan silat bela diri, musik dan tari-tarian tradisional, serta pengajaran pemahaman adat yang meliputi pasambahan, dan petatah petitih.
f. Upacara Perhelatan Perkawinan
Upacara pehelatan perkawinan di Maninjau menjadi sangat menarik karena masih kentalnya pengaruh adat dan budaya. Budaya baarak merupakan hal yang sangat menarik perhatian, tidak saja menarik perhatian para wisatawan tetapi juga masyarakat setempat.
Pada acara baarak, kedua penganten diarak keliling nagari dengan diiringi bunyi-bunyian yang merupakan alat kesenian anak nagari seperti: Tambua, Talempong, Gadabiak, dan Pupuik Batang Padi atau Tansa. Selain itu, ketika kedua penganten hampir sampai di rumah anak daro (penganten perempuan) maka akan disambut dengan Tari Galombang.
C. Objek Wisata Minat Khusus
Objek Wisata Minat Khusus adalah objek wisata yang dominan dikunjungi oleh mereka yang memiliki hobi bertualang dan suka akan tantangan. Adapun objek wisata minat khusus yang ada di Maninjau antara lain: Arung Jeram dan Paralayang.
a. Arung Jeram
Arung Jeram merupakan objek Wisata Minat Khusus yang banyak digemari oleh wisatawan mancanegara. Kegiatan Arung Jeram dilakukan di Batang Antokan karena arus Batang Antokan cukup deras sehingga sangat cocok untuk melakukan kegiatan Arung Jeram. Hanya saja dalam beberapa tahun belakangan ini kegiatan arung jeram sudah sangat jarang sekali diadakan. Melihat kondisi ini muncul dua anggapan mendasar. Anggapan pertama mungkin saja kegiatan arung jeram tidak dilaksanakan karena memang tidak ada peminat untuk melaksanakan kegiatan ini. Anggapan kedua mungkin kegiatan tersebut tidak dilaksanakan karena memang tidak adanya sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Kalau memang demikian maka sangat disayangkan potensi wisata yang cukup unik tersebut terabaikan begitu saja. Padahal bidang pariwisata merupakan salah satu lahan yang dapat memompa pendapatan daerah.
b. Paralayang
Geliat dunia paralayang Indonesia boleh dibilang tak bisa dilepaskan dari kiprah para pendaki gunung. Keinginan turun dengan cepat setelah puas melahap sejuta tanjakan dalam pendakian ternyata melahirkan bentuk petualangan lain. Tahun-tahun awal perkembangan paralayang di Indonesia memang didominasi oleh pendaki gunung. Itu sebabnya, pada awal kelahirannya di Indonesia, paralayang populer dengan sebutan terjun gunung. Pencetus paralayang di Indonesia adalah Gendon Subandon dan Dudi Arief Wahyudi dengan mendirikan kelompok terjun gunung di Yogyakarta pada Januari 1990.
Ajang Paralayang itu sudah tiga kali diselenggarakan oleh Pemda Kabupaten Agam sejak 2001. Acara tersebut menyatu dengan Festival Rakyat dan diselenggarakan selama tujuh hari berturut-turut. Jadi, setiap hari selama seminggu di Puncak Lawang dan di tepi Danau Maninjau berlangsung kegiatan pariwisata. Kegiatan Paralayang berawal dengan terjun dari Puncak Lawang dan akan mendarat di Maninjau. (Guwo: 02.05.2008)
Label: Wisata Minang
Tempat Wisata Danau Singkarak
Danau Singkarak.
Danau Singkarak adalah sebuah danau yang membentang di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar. Danau ini merupakan danau kawah yang memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera setelah Danau Toba. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Namun sebahagian air danau ini dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, kabupaten Padang Pariaman.
Danau Singkarak dikenal memiliki suasana yang tenang dan tentu saja pemandangan indah menakjubkan. Keindahan Danau Singkarak sudah tersebar sejak 1905 saat seorang naturalis bernama Ernst Heinrich Philipp August Haeckel (Ernst Haeckel) mengenalkannya dalam sebuah buku biology. Ernst Haeckel terkesima dengan indahnya panorama danau nan cantik ini sehingga ia pun seakan tak tahan untuk menuangkannya pada sebuah gambar lukis.
Danau Singkarak terkenal dengan ikan Bilih nya yang merupakan spesies ikan yang hanya hidup di danau ini saja. Ikan ini sangat unik karena tidak dapat bertahan hidup di mana saja, bahkan di dalam akuarium kecuali di Danau Singkarak.
Di Danau Singkarak hidup lebih dari 19 jenis ikan dan yang istimewanya adalah ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan tersebut sulit dibudidayakan di luar Singkarak dan bila dipaksakan pun rasanya akan berbeda, bahkan sekalipun dengan dibudidayakan dalam jala terapung yang ada di Danau Singkarak. Olahan ikan bilih biasanya digoreng kering atau dicocol dengan sambal hijau. Pastikan Anda membeli oleh-oleh ikan bilih yang telah digoreng kering dalam bungkusan untuk dibawa pulang.
Satu hal yang sebaiknya jangan sampai terlupa, bawalah kamera atau alat dokumentasi lainnya ketika mengunjungi Danau Singkarak. Pemandangan terbaik dapat dilihat melalui jalan utama Solok-Bukittinggi, dimana pengunjung sering sekali berhenti untuk mengabadikan pemandangan danau yang menakjubkan. Bersantailah di pinggir danau atau beranikan diri berenang bersama anak-anak setempat di danau tersbeut. Beberapa tempat cocok untuk berenang jadi ambillah kesempatan tersebut. Lemparkan tali pancing dan uji keberuntungan Anda. Uji keterampilan Anda dengan mencoba menangkap ikan bilih yang terkenal.
Danau Singkarak berjarak 70 km dari Padang, 20 km dari Solok atau sekira 36 km dari Bukittinggi. Dari bandara internasional Minangkabau, Anda dapat menyewa mobil atau minibus umum dengan rute Padang-Solok dan kemudian mengambil transportasi lain ke danau. Perjalanan ini akan membawa Anda melewati kawasan Sitinjau Laut yang terkenal dengan tikungan tajam dan ngarai curam.
Danau Singakrak mudah untuk dicapai karena strategis di pinggir jalanan berkelok antara Kabupaten Tanah Datar dan Solok. Untuk berkunjung ke Danau Singkarak Anda dapat menempuh jalan darat sekira 2 jam dari Kota Padang. Apabila Anda menggunakan angkutan umum maka tarifnya sekira Rp 40.000,-. Lokasi untuk menikmati panorama Singakrak dapat memilih antara Kenagarian Kacang, Paninggahan, Malalo, atau Pitalah. Apabila Anda datang dari arah Kabupaten Tanah Datar maka dapat menuju Panorama Payorapuih di Kecamatan Batipuh yang menyuguhkan pemandangan Danau Singkarak berlatar Gunung Merapi dan Bukit Patah Gigi.
Sebagian besar pengunjung lebih memilih untuk menghabiskan setidaknya satu malam di sini sehingga mereka memiliki cukup waktu untuk menikmati Danau Singkarak yang menawan. Anda bahkan dapat menikmati keindahan panorama Singkarak dari dalam kendaraan selama perjalanan melewati Solok atau Tanah Datar. Beberapa tempat menyediakan lokasi pandang khusus dan terbaik seperti Panorama Tanjung Alai di Kabupaten Solok berjarak sekira 35 km dari pusat kota Solok tepat di Kecamatan X Koto Singkarak. Masih di Solok ada juga Panorama Angin Berhembus dan Panorama Paninggahan dimana Anda dapat menikmati keindahan danau ini dengan bentangan pandang lebih luas.
Label: Wisata Minang
Acara Sesudah Akad Nikah
12. Acara Sesudah Akad Nikah
Acara pokok akad nikah dan ijab kabul berlangsung sesuai dengan peraturan baku Hukum Islam dan Undang-Undang Negara R.I. Semua ini dipimpin langsung oleh penghulu yang biasanya dipegang oleh Kepala Urusan Agama setempat.
Setelah selesai semua acara yang bersifat wajib Islami, maka barulah diadakan lagi beberapa acara sesuai dengan adat istiadat Minang. Diantaranya yaitu :
Acara Mamulangkan Tando
Malewakan Gala Marapulai
Balantuang Kaniang
Mangaruak Nasi Kuniang
Bamain Coki
Mamulangkan Tando
Sesudah akad nikah pengantin pria dan pengantin wanita telah terikat secara sah sebagai suami isteri baik dipandang dari sudut agama maupun dari undang-undang negara. Ikatan itu sudah terpatri dalam surat nikah resmi yang dipegang oleh masing-masing pihak. Karena itu tando yang diberikan sebagai janji ikatan sewaktu bertunangan dahulu oleh kedua belah pihak keluarga tidak mereka perlukan lagi.
Pengembalian barang tando ini dilakukan secara resmi dengan disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak setelah selesai acara akad nikah.
Urutan penyerahan tando itu dimulai oleh pihak keluarga pengantin wanita. Diserahkan kepada ibu pengantin wanita oleh seorang keluarganya yang membawa tando itu dari dalam kamar, kemudian ibu pengantin wanita menyerahkan kepada mamak dalam persukuannya. Dan mamak pengantin wanita yang menyerahkan secara resmi disambut oleh mamak pengantin pria yang kemudian menyerahkan tando itu kepada ibu pengantin pria.
Pengembalian tando milik keluarga pengantin wanita juga dilakukan dengan urutan yang sama oleh pihak keluarga pengantin pria.
Malewakan Gala Marapulai
Pengumuman gelar adat yang disandang oleh mempelai pria ini dilakukan langsung oleh ninik mamak kaumnya. Ia harus menyebutkan secara jelas dari mana gelar itu diambilkan dari persukuan ayahnya (bakonya). Jika pengantin pria bukan dari persukuan Minang, maka pengumuman gelar ini dilakukan oleh ninik mamak persukuan pengantin wanita dengan memberikan alasan dan penjelasan yang sama.
Balantuang Kaniang
Acara ini dan dua acara berikutnya lebih bersifat bungo alek atau kembang-kembang pesta daripada acara adat. Ini sesuai dengan pantun-pantun pepatah petitih Minang yang mengatakan :
Cukuik syaraik pai ka MakahJalankan parintah baibadaikWajib nikah karano sunnahSumarak alek karano adaik
Jadi jelas disini acara-acara adat yang dilakukan sesudah akad nikah lebih bertujuan untuk menbuat sebuah pesta tampak lebih semarak.
Secara harfiah acara ini berarti mengadu kening. Pasangan suami isteri baru itu dengan dipimpin oleh perempuan-perempuan tua yang disebut uci-uci saling menyentuhkan kening mereka satu sama lain. Mula-mula kedua mereka didudukkan saling berhadapan dan antara wajah keduanya dipisahkan dengan sebuah kipas. Kemudian kipas ini diturunkan pelan-pelan, sehingga mata mereka saling bertatapan. Setelah itu kedua uci-uci akan saling mendorongkan kepala pengantin itu sehingga kening mereka saling bersentuhan.
Makna acara ini selain mengungkapkan kemesraan pertama antara mereka dengan saling menyentuhkan bagian mulia pada wajah manusia (ingat ungkapan "malu tercoreng pada kening") maka persentuhan kulit pertama ini juga bermakna bahwa sejak detik itu mereka sudah sah sebagai muhrim. Hal ini berarti pula bahwa persentuhan kulit antar mereka tidak lagi membatalkan wudhu atau air sembahyang masing-masing.
Mangaruak Nasi Kuniang
Dihadapan kedua pengantin itu diletakkan nasi kuning yang menimbuni singgang ayam utuh didalamnya. Kedua pengantin ini dipimpin untuk saling berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi itu. Kemudian bagian-bagian yang didapat masing-masing diperagakan kepada tamu-tamu.
Kata orang tua-tua Minang dulu, bagian apa dari daging ayam itu yang didapat oleh masing-masing pengantin akan memberikan ramalan tentang peranan mereka didalam berumah tangga kelak dikemudian hari. Umpamanya kalau pengantin laki-laki mendapatkan bagian kepala, maknanya ia didalam perkawinannya betul-betul akan menjadi kepala rumah tangga yang baik. Kalau pengantin wanita mendapatkan sayap, maka maknanya didalam rumah tangganya nanti ia akan menjadi ibu yang penyayang dan selalu melindungi anak-anaknya. Tatapi kalau sayap ini diperoleh pengantin pria, maka pengantin wanita layak untuk menjaga suaminya lebih ketat karena ada kemungkinan ia akan terbang kesana kemari.
Ramal meramal semacam ini jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam, yang menegaskan bahwa Yang Maha Tahu tentang masa depan siapapun hanyalah Allah semata-mata, bukan manusia, walaupun setua atau sepintar apapun manusia yang meramal itu.
Perlambang lebih baik yang dapat dipetik dari acara ini, terletak pada adegan ketika sang suami mengambil sedikit nasi kuning dengan lauknya, kemudian menyerahkan kepada isterinya. Sang isteri menerima pemberian suaminya itu, tapi tidak memakan semuanya. Ia hanya memasukkan sedikit kemulutnya, dan menyisihkan yang lain dipiringnya. Sikap ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa isteri yang baik ialah isteri yang bisa menahan hati untuk tidak selalu menghabiskan nafkah berapapun yang diberikan suaminya, tetapi selalu menyimpannya sedikit. Simpanan ini akan dikeluarkannya secara surprise kelak untuk membantu keluarga ketika terjadi musim paceklil atau kekurangan rezeki. Demikianlah simbolis acara ini sebaiknya ditafsirkan.
Bamain Coki
Coki adalah tradisional di Ranah Minang. Inimadalah semacam permainan catur yang dilakukan oleh dua orang. papan permainannya hampir menyerupai papan halma dengan garis-garis menyilang. Anak caturnya terdiri dari buah baju berbeda warna.
Kedua pengantin dengan dipimpin oleh uci-uci mengadu kelihaian menjalankan dan saling memakan buag masing-masing. Konon kabarnya dahulu kala permainan ini bisa berlangsung lama dan sangat menarik untuk disaksikan.
Tetapi adakalanya permainan ini juga bisa berubah jadi semacam pergelutan antar mereka yang saling berebut cincin di jari masing-masing. Adakalanya juga pengantin wanita berhasil merebut cincin suaminya dan membawa lari masuk ke dalam kamarnya. Dalam situasi begini, uci-uci lalu menghasut pengantin pria memburu isterinya kedalam kamar untuk merebut cincinnya kembali.
Terang bahwa permainan ini sama sekalilah bermaksud agar pasangan suami isteri baru itu saling menunjukkan kemahirannya dalam bermain coki, tapi lebih bermakna untuk saling meluluhkan kekakuan diantara mereka dan mendorong terciptanya kemesraan pertama antar pengantin baru yang dapat disaksikan oleh orang lain.
Inilah beberapa tata cara bungo alek menurut kebiasaan yang berlaku pada beberapa kenagarian di Minangkabau, dan yang sekarang juga sudah lazim ditampilkan sesudah akad nikah dalam pesta-pesta perkawinan orang Minang di Jakarta.
Label: Alek